Dec 31, 2013

New Year '14

Dulu.. Pernah berikrar tak akan melakukan perbuatan yang akan disesali pada akhirnya.. Tak akan menyakiti hati orang lain.. Tapi malam ini.. Saya mengingkari ikrar itu..

K.O

Saya, tidak pernah mereblog sebuah tulisan sebelumnya di blog ini… karena saya menganggapnya personal.. sebagus dan semirip apapun kondisinya dengan saya, kadang cara pandangnya yang berbeda. Tapi kali ini…
Tulisan yang selanjutnya akan kalian baca ini…. Sudah telak meng K.O saya tepat di ronde pertama… tepat di beberapa baris awal… [meskipun yang nulis bukan petinju..] jleb lah pokoknya..
Langsung saja biar kalian juga ngerasa di K.O sama tulisan keren bu Asma Nadia ini…

***

Seberapa tulus hatimu padaku, sebuah catatan akhir tahun...

siapa saya yang menilai atau menghakimi seseorang?

Kalimat di atas sering sekali kita dengar. Barangkali pun sering kita ucapkan.

Ketulusan adalah sesuatu yang seharusnya juga kita masukkan dalam kalimat di atas.

sehingga secara implisit  kalimatnya menjadi:

siapa saya yang bisa menilai ketulusan seseorang, atau menghakimi tulus tidaknya seseorang?

Seperti juga keikhlasan, ketulusan (yang saya anggap part dari  ikhlas) adalah sesuatu yang tidak memiliki alat ukur yang jelas.

lalu apa indikator seseorang tidak tulus? apa indikator seseorang tulus? adakah tips-tips mengenali bentuk ketulusan or ketidaktulusan ini?

Saya tidak tahu jawabannya. Saya lebih khawatir pada kesalahan saya mengenali bentuk ketulusan, dibandingkan mengkhawatirkan ketulusan orang-orang yang memasang wajah tulus di hadapan saya.

Kenapa?
Sebab apakah mereka tulus atau tidak, sama sekali bukan urusan saya.

Jika mereka tidak tulus, maka itu tidak akan merugikan saya… tidak membuat saya menjadi orang yang lebih besar atau menjadi orang yang lebih kecil.

Sebab kita sendiri yang menentukan, akan jadi manusia yang lebih besarkah kita, atau sebaliknya. Bukan orang lain.

Katakanlah seseorang memberi pujian untuk kita.

“Wah, mbak cantik sekali. Lebih cantik dari yang saya dengar…”

Apakah mereka tulus mengungkapkan itu?

Ah, apa artinya mereka tulus ketika memuji atau tidak?

Sebab toh jika mereka tulus, pujian tersebut tidak membuat kita bertambah cantik.

Adapun jika mereka hanya mencari bahan obrolan, atau berusaha lebih dekat, atau mengambil hati kita dengan kalimat itu, saya kira ini kreativitas seseorang yang tidak menyakitkan.

Bagaimana jika mereka mengatakan hal itu justru untuk mengecilkan hati  kita. Jahatnya begitu. Sebab kita yang tiap hari bercermin tahu betul apa kata cermin tentang diri kita. Dan kita misalnya sama sekali tidak masuk kriteria cantik secara fisik.  Apakah kita harus merasa sedih atau marah karena mereka tidak tulus? Justru mungkin diam-diam menertawakan kita di belakang?

Ah, terus kenapa pula jika mereka memang menertawakan kita, jika mereka tidak tulus? Apakah kita menjadi lebih kecil dan tidak berarti? Tentu tidak. Arti diri kita, nilai diri kita… kitalah yang menentukan. Sepenuhnya di tangan kita. Bukan tangan orang lain.

“Dia bilang saya hebat, padahal dia tahu proyek saya gagal… “

“Dia Cuma pura-pura manis depan saya, padahal maksudnya…”

“Dia kan begitu hanya untuk bisnis, ramahnya untuk kepentingan-kepentingan tertentu…”

Katakanlah mereka benar tidak  tulus terhadap kita… lalu kenapa? Apa ruginya?

Bahwa manusia berusaha lebih kreatif, berusaha melancarkan bisnis, berusaha untuk kehidupannya, apakah itu menjadikan mereka manusia yang tidak baik? Tidakkah kita pun akan menjaga sikap kita, bahkan pada orang yang tidak kita sukai, namun punya pengaruh? Sebab ini adalah upaya survive dalam kehidupan, tahu bagaimana beradaptasi.  Tentu kita juga tahu bagaimana mencapai itu tanpa terjebak menjadi munafik.

Tentu saja, seharusnya seseorang tulus dengan apa yang dia ucapkan, dengan apa yang dia lakukan…

Tetapi kalau mereka memiliki alasan lain, tidak berarti mereka tidak tulus. Atau bahkan jika mereka benar-benar tidak tulus… Biarlah.

Kenapa harus kita  membiarkan bisikan-bisikan tadi justru  merusak hati, dan malah melawan prinsip yang pernah kita tanamkan dalam hati kita:

siapa saya yang menilai atau menghakimi seseorang?

Dengan menilai orang lain tidak tulus, menilai orang lain bermaksud ini itu, memiliki kepentingan-kepentingan tertentu… mungkin kita benar. Lalu jika benar, apa poin lebih bagi kita?

TAPI,  bagaimana kalau kita salah menilai? Semua yang kita anggap sebagai bagian dari ketidaktulusan justru merupakan ketulusan?

Ahh, apa pula arti ketulusan?

Apakah ketulusan harus sesuai dengan apa yang KITA inginkan? Sesuai dengan definisi dan batasan-batasan KITA  tentukan? Sehingga jika ada yang melakukan sesuatu di luar rambu-rambu yang KITA tetapkan, kita anggap tidak tulus?

“Kalau dia tulus harusnya dia begini dong…”

”Kalau tulus dia nggak mungkin begitu…”

Kenapa ketulusan harus kita yang menjadi juri. Harus menurut kacamata kita?

Lalu di mana kita meletakkan poin, menghormati sebuah perbedaan? Bahwa ada orang lain yang memang berbeda, bahasa, budaya, agama…

Ketika seseorang memilih bersikap berbeda semata-mata karena upayanya menjadi hamba Allah yang lebih baik, dan bukan karena alasan-alasan lain, tanpa bermaksud menyakiti orang lain. Jika kemudian sikapnya tidak sesuai dengan keinginan kita, kacamata kita, atau apa yang kita percayai, apakah dia menjadi tidak tulus?

Ketulusan itu, biarlah Dia yang menilai sepenuhnya.

Sebab memang terlalu rumit untuk kacamata manusia.
Manusia dengan kemampuan pikir, hanya boleh berasumsi, boleh mengira-ira. Tapi  dengan tetap menghidupkan kesadaran: 

Allah, betapa terbatasnya mata kita, betapa luasnya pandanganMU.

Terbukti,  kita seringkali salah menilai seseorang…

“Saya kira dia suka ini… ternyata tidak.”

“Kelihatannya orangnya pendiam, ya… ternyata kok rame.”

Begitu banyak ternyata-ternyata lain.

Buat saya, saya tidak ingin meletakkan kebahagiaan saya, di tangan orang lain. Sebuah pujian tidak akan membuat saya bertambah kaya, sebab saya tahu… di mataNYA, begitu banyak cela dan cacat saya, begitu banyak ketidaksempurnaan saya, begitu kecilnya saya…

Tetapi, sebuah ketidaktulusan,  juga tidak boleh menyakiti saya, apalagi mengubah dunia saya. Ikhlaskan saja…

Tapi jadikan ketidaktulusan yang kamu temui, apakah asumsi atau kemudian terbukti, di mana saja… kapan saja… siapapun yang melakukannya, sebagai pelajaran dan bekal, untuk menjadi lebih tulus dari kemarin.

Sebab saya tidak ingin membuat hati-hati lain retak karena saya bersikap tidak tulus.

Saya yang harus tulus. Bukan orang lain.

Saya yang tidak boleh tidak tulus, bukan orang lain.

Sebab saya yang akan bertanggung jawab terhadap ketulusan atau ketidaktulusan saya, di mahkamahNya nanti. Saya, bukan yang lain…

---Asma Nadia

ps: Jadi seberapa tulus hatimu padaku?

Itu tidak penting buatku.

tapi percayalah, itu sangat penting, untukmu:)

***

Artikel asli bisa dibaca langsung di sini
http://www.asmanadia.net/2011/11/seberapa-tulus-hatimu-padaku-sebuah.html

Dec 28, 2013

tetap BIRU

If you change the way you look at things. The things you look at change (Wayne Dyer)

air laut akan terasa nyaman kecuali ada luka, ia terasa perih. Jangan salahkan air laut, obati saja lukanya. (Anies Baswedan)

apa yang berubah dari air laut? ia tetap asin dan akan selalu begitu sesuai dengan sifat aslinya… lalu kenapa dia bisa menyebabkan dua kondisi yang berbeda? Disatu sisi dia membuat nyaman namun disisi lain ia membuat perih?

sebenernya yang berubah bukanlah air lautnya tetapi sudut pandangnya… dan kondisi kita yang berubah, bukan pada objeknya tapi pada subjek yaang memandangnya…

kita memandang air laut sebagai sesuatu yang hangat dan nyaman untuk bermain, selalu menggoda kita untuk men ‘cemplung’ kan badan kita dan membuat basah… namun ketika kita mempunyai luka yang belum kering, bahkan luka gores kecil saja membuat air laut itu menjadi perih, tak menarik lagi untuk diajak bermain.. ombaknya tak terlihat lagi melambai lambai ngajak nyemplung… lalu apakah air laut itu yang berubah? Yang pasti bukan!

perubahan sikap pada seseorang itu wajar. karena semua yang ada di alam inipun berubah sesuai waktunya... tapi.. kita mungkin seringkali salah menyikapi sikap orang lain.. menuduhnya telah berubah, dia yang dulunya dekat kemudian jadi kurang akrab, seperti ada jurang pembeda yang tiba tiba saja terlihat… lalu dengan mudah men’judge’ bahwa orang lain itu berubah. Kita lupa memakai sudut pandang lain. Kita hanya memandang dari apa yang kita kira, syak wasangka belaka, prasangka yang lebih sering salah dibanding benar.

saya yang berubah?, kamu yang berubah?? atau  mungkin… hanya cara pandang kita yang berubah??

Seperti air laut tadi… mungkin orang yang kita sangka berubah ternyata tak berubah sedikitpun. Mungkin ia memang tetap ramah, tetap bersahabat, tetap baik, tapi ada sesuatu di diri kita yang berbeda, bisa jadi sebagian besar karena faktor lingkungan. karena kita yang sibuk sendiri, Karena kita yang jauh dan jarang menyapa, atau kondisi psikologis yang lain..

Sejatinya tak ada yang berubah padanya.. ia berubah karena cara pandang kita yang berubah...

ia tetap saja asin.
Tetap biru.

Merindukan Hijaumu

Apa yang menarik dari sebuah pendakian??

Mengapa 9 dari 10 orang ingin mendaki lagi setelah pendakian pertamanya?? (perbandingannya ngarang aja ini mah.. hehe)

Apa yang menarik dari deretan pohon pohon yang sepanjang mata memandang hanya berwarna hijau dan coklat? Lalu udara yang begitu dingin bikin gigi gemeretak beradu satu sama lain.., bukankah lebih nyaman dirumah ketika badan tenggelam dalam busa yang empuk sambil dipeluk selimut tebal yang hangat?

Pendakian gunung juga sarat dengan bahaya, jika salah perhitungan atau lengah sedikit… hypothermia, tersesat atau terpeleset masuk jurang merupakan hal yang rentan dialami pendaki. Dan masih beruntung jika yang menjemput dan menolong kita pada saat itu adalah tim SAR. Karena gak sedikit juga  yang dijemput sama malaikat maut.

Bagi sebagian orang, rindu mendaki gunung mungkin seperti rindu bertemu kekasih. Ada sesuatu yang menariknya untuk dia bersama sama lagi menikmati ‘kenyamanan’ yang gunung berikan. Bukankah seseorang menjalin sebuah hubungan karena adanya rasa nyaman?

Ketika ditanya mengapa kita mencintai seseorang, adakalanya kita bingung… jatuh cinta ya jatuh begitu saja, tanpa alasan, semacam ada unsur magis yang membuat detak dan debar jantung menjadi sebuah shimponi yang merdu melebihi gubahan mozart atau bethoven. Berlebihan? Ah rasanya tidak.. Itu mirip dengan mendaki gunung… kadang orang yang sudah mendaki gunung berkali kali tak pernah tau alasannya kenapa ia kembali mendaki lagi dan lagi… apakah hanya sekedar bermain main? petualang?, merasa tertantang? Atau ingin terlihat hebat? Rasanya hanya ada rasa ingin tanpa embel embel yang lain… dan saat mendaki ada unsur magis tadi yang menggelitik alam bawah sadar dan perasaan kita.. Ya semacam jatuh cinta..

Buat yang pernah mendaki.. pernah gak ngalamin ketika kita mendaki daerah yang berat dan butuh tenaga ekstra sementara kita udah jalan jauh, capek, nafas sudah memburu dan pendek pendek… lalu suasana begitu hening… yang terdengar dengan jelas hanyalah suara nafas, degup jantung dan kaki yang melangkah terseret… masing masing bergulat dengan pikirannya sendiri.. pada saat seperti ini tak ada yang namanya mikirin kerjaan, tugas kuliah, suasana rumah, atau masalah di luar sana,  yang ada hanyalah fokus menyelesaikan apa yang harus diselesaikan, berjuang mencapai puncak.

Saat saat seperti itu tanpa disadari justru memunculkan sisi spiritual yang kita punya, ketika kita merasa tak berdaya. Saat itulah kita merasa begitu dekat dengan Dia. Dia yang menancapkan gunung gunung itu dengan kokoh di bumi, menghiasnya dengan pohon pohon menjulang dan mata mata air yang menyejukan... Pengalaman spiritual itulah yang kadang membuat kita menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya… kita yang pasrah, kita yang merasa begitu kecil dihadapannya… ketika hidup dan mati begitu dekat…

Perasaan spiritual ini sebenernya coba disimulasikan dalam berbagai training motivasi.. tapi efek dari mendaki gunung bukan sekedar simulasi apalagi imitasi… perasaan yang nyata nyata dirasakan bukan karena melihat kondisi yang dibuat buat… apa yang bisa didapat dari training traning motivasi yang nangispun karena ikut ikutan..? (eh ini kok jadi melebar ya.. )

Pengalaman mendaki dan setelahnya membuat kita menjadi lebih menghargai ciptaannya, lebih bersyukur tentang memaknai hidup.. ada jutaan tanya yang bergemuruh di kepala masing masing. Bagi yang mampu mengambil pelajaran dari pendakiannya…

Itulah menurut saya mengapa mendaki gunung itu bisa begitu dirindukan.. bukan sekedar menghilangkan kepenatan.. tapi mengisi relung relung spiritual kita yang udah bolong bolong kena polusi.. Polusi yang nama lainnya masalah kehidupan. Yang sering bikin kita lupa siapa sebenarnya kita…

Ah aku rindu mendaki..,
aku rindu karena sudah banyak bolong bolong di sini… (sambil ngusap dada..)

Dec 6, 2013

Crush!!

Menyimpan kepingan yang tersisa.. Mungkin yang sekeping ini akan jauh bernilai jika ada yang mampu menghargainya..

Nov 13, 2013

Sebuah percakapan

Girl :
"Jika suatu saat kau menikahi seseorang dan baru menyadari bahwa ada sisi tersembunyi padanya. Lalu bagaimana menurutmu?"

Boy :
"Hmm.. Mungkin aku orang yang beruntung"

Girl :
"Heeeh...?"

Boy :
"Karena, jika aku menikahi seseorang, itu berarti aku sudah mencintai sisi yang pernah dia tunjukkan padaku. Benar 'kan?"

Girl :
"……"

Boy :
"Jadi… jika aku menyadari ada sisi tersembunyi yang ia miliki setelahnya, maka cintaku akan bertambah dua kali lipat bukan?"

*percakapan dalam sebuah anime

Nov 2, 2013

My November...

Sweet november...
Selain februari, november adalah bulan yang 'identik' dengan [suasana] cinta...

Tak tahu mengapa.. Aku begitu suka dengan november.. Mungkin salah satunya karena hujan dan kamu...

Kamu yang dulu pernah berdiam begitu lama di sudut hatiku yang gelap itu.. Aku pernah bertanya kenapa kau begitu betah disana..? Bertahun tahun.. Bahkan ketika setiap hari kusapa.. Kau hanya diam.. Namun aku tak pernah lelah menyapa..

Hingga kemudian seberkas cahaya lembut mulai menerangi hatiku.. Mempertanyakan keberadaanmu... Karena bayanganmu kemudian menjadi samar...

Semakin hari seberkas cahaya lembut itu semakin membesar.. menerangi seluruh hatiku dengan begitu perlahan, hingga akhirnya [bayangan] kamu pun benar benar hilang...

Karena sejatinya tak ada kamu di hatiku, apa yang kuanggap ada di sudut hatiku hanya sebuah bayangan yang kucipta sendiri..

Dan november ini, seutuhnya tanpa kamu, tanpa bayangan mu.

Lalu bukan berarti aku jadi tak suka dengan november..
Aku tetap suka november...

Karena, November ku bukan lagi kamu..

My November is Oktober. Dan tak ada lagi kamu atau bayanganmu.

Hanya oktober. Titik.

And i hope the last...

"A guy and a girl can be just friends, but at one point or another, they will be fall for each other... Maybe temporarily, maybe at the wrong time, maybe too late or maybe forever..."

-500 days of summer-

And i hope the last...

"A guy and a girl can be just friends, but at one point or another, they will be fall for each other... Maybe temporarily, maybe at the wrong time, maybe too late or maybe forever..."

-500 days of summer-

Oct 28, 2013

Dengan segenap hatiku untuk kamu

Dengan berbutir-butir bulir embun,
yang kau awetkan dalam binar matamu.

Dengan berdegup-degup rindu,
yang kau himpun dalam hatiku.

Dengan sewarna warni tawa,
Yang kau lukis dalam hidupku.

Dengan semanis-manis senyum,
Yang kau tabur di wajahku.

Dengan hingar bingar sunyi,
Yang tak kunjung jadi puisi.

Dengan seluruh cinta dan sayangku
serta segala harapan tentang aku dan kamu

Dan…

Dengan berbaris-baris doa
yang tak henti kuminta padaNya

Aku ucapkan selamat ulang tahun
Untukmu.

*untuk perempuan Oktober yang tanggal 29 ini sedang berulang tahun ke 24.. Have a nice birthday, wish the best for you and for us always!! ^^

Semoga do'a do'a mu terkabul...

Oct 19, 2013

MISTERIUS

Milyaran bintang yang terlihat di langit . Namun, hanya ada satu bintang di ujung barat yang selalu membuat saya menatap langit lebih lama dari biasanya, saya hanya merasa asing dengan satu bintang itu. Entahlah.. keindahan sinarnya begitu ‘menghipnotis’.. seolah menyedot seluruh pandangan saya untuk selalu tertuju padanya…

Saya sepakat kalo ini misterius..

Mungkin sama misteriusnya dengan dia. Enam milyar manusia yang hidup di planet ini. Hati saya menjatuhkan dirinya telak hanya pada dia seorang dan saya tidak bisa menggantikannya dengan siapa pun. Satu dari enam milyar manusia dan saya hanya ingin dia..

dan ini memang [mi]s[t]erius..

Oct 16, 2013

Ditanya malah balik bertanya..

Suatu kali semasa saya kuliah dulu, saya sedang berdiri di koridor kampus membagikan sebuah selebaran (entahlah saya juga lupa sedang apa tapi pada saat itu kegiatan saya ada di antara lalu alang orang). Tiba tiba seorang teman yang sudah lama tak saya lihat datang menghampiri dan bertanya:

sedang apa kau din?”

Bertemu teman yang lama tak terlihat maka tanpa menjawab pertanyaannya spontan sayapun langsung balik bertanya..

“hei gun*) apa kabar, kemana aja kau?”

Dan tak pernah saya duga wajahnya berubah ketus dan sambil membalikan badan ia berkata:

“orang nanya malah balik tanya?”

dia pun berlalu begitu saja.
Saya hanya diam dan masih tidak mengerti, tidak enak hati. Mungkin waktu itu ia sedang buru buru dan hanya penasaran ingin tahu apa yang saya lakukan. Ah entahlah…

Sejak saat itu, hingga saya lulus, saya pun tak pernah melihatnya lagi di kampus.

Saya sadar manusia memang tidak sama, dalam hal komunikasi (seperti yang dikatakan Jalaludin Rahmat) selalu ada noise. Dan terkadang kita mesti mau belajar untuk mengerti banyak hal. Kita harus siap dengan kejutan-kejutan yang semula tak pernah kita duga.

Maafkan saya kawan, semoga Allah mengampuni kesalahan saya.

*) gun bukan nama sebenarnya

Terkadang masalah komunikasi terjadi bukan pada pesan, penerima atau penyampainya, tetapi dari media yang digunakannya.. Handphone yang mati tiba tiba dapat disalah artikan banyak hal oleh si penerima pesan misalnya..
Mungkin bisa dikira sengaja dimatikan..

Oct 15, 2013

Secangkir teh dan sebuah ingatan

Jam empat sore kira kira, saya duduk di beranda menikmati secangkir teh hangat bersama seorang kawan yang juga sedang menikmati kesunyian; menerawang entah kemana, menuju tempat ribuan kilometer jauhnya.

Aroma teh yang khas dan seketika ingatan saya mengalir deras menuju satu muara: kamu. Gadis penyuka teh.

kerinduan pun datang bersama ratusan degup..

Ah!!
Saya tak hendak mencari kesedihan. Kembali saya nikmati beberapa tegukan teh di cangkir. Kali ini hingga tandas, namun kesedihan tak jua kandas.

*
suatu sore nanti, aku berharap dapat menikmati secangkir teh hangat bersamamu, di beranda rumah kita.

Aku akan bersabar hingga saat itu tiba.. ^^

Oct 13, 2013

Aku tahu

Aku tahu apa yang harus ku lakukan sambil menunggu pulang: belajar mendewasakan diri, mengumpulkan uang, merencanakan perjalanan masa depan kita dan menghimpunkan bilyunan degup yang makin mengencang..

Oct 8, 2013

Samudera pasifik

Kolam raksasa di belakang camp.. Samudera pasifik.. ^^

Tawamu

Tawamu..
Aku ingin menyimpannya dalam toples kaca..
Agar saat rindu ini datang dengan hebat..
Akan kubuka dan kudengarkan tawa ceriamu..
Sekedar meringankan rasa rindu yang hebat..
Meskipun aku tak yakin juga rindu ini akan terasa lebih ringan..

Oct 7, 2013

Stay

jatuh cinta adalah pertaruhan demi pertaruhan. Ketika kita bertemu, aku mempertaruhkan hatiku untuk kutinggalkan bersamamu. Ketika kita berpisah, aku mempertaruhkan kemungkinan bahwa kita tak akan pernah bertemu lagi. Tetapi begitulah, dalam setiap pertaruhan, kita harus mengambil keputusan. Karena kita tidak punya banyak waktu. Dan sebesar apapun keinginan kita untuk menunggu, waktu tetap bergegas lewat. Sepertinya tidak bijaksana jika kita sekadar menunggu terlalu lama. Membiarkan momen-momen yang seharusnya mengada terbuang percuma.

Karena bukankah kita bisa menunggu sambil melakukan sesuatu: membaca buku, merangkai bunga, mengupas pamelo, berbelanja sayuran segar di pasar, minum kopi bersama sahabat, dan berpetualang…
sambil tetap jatuh cinta..

Oct 3, 2013

Untuk mu


Air matamu melepas kepergianku siang tadi, berat rasanya untuk ku meninggalkanmu. September 2013 hingga mei 2014 bukanlah waktu yang sebentar. Akan ada banyak hal baru yang esok atau lusa kau temui. Dan aku sadar, aku terlalu egois jika memintamu menunggu.

Just like season. People change.

Apa yang tidak berubah di dunia ini?. Cuaca, suasana, tinggi badan, panjang rambut, kerut-kerut di kening, suara, waktu, perasaan?

Tidak ada yang konstan tak berubah, bahkan batu dan tanah pun pasti berubah.

Mau tidak mau, Suka tidak suka. Sakit atau tidak sakit. perubahan adalah hal nyata yang harus kita jalani. Sekarang tinggal apa yang kita inginkan untuk berubah dan apa yang sekuat upaya kita pertahankan untuk tetap sama ada.

Aku selalu menganggap bahwa apa yang paling mudah berubah di dalam hidup ini adalah perasaan, adalah hati.

Aku tak ingin menjanjikanmu bahwa aku tak akan berubah. Namun, aku hanya dapat menjanjikanmu bahwa aku akan sekuat upaya mempertahankan perasaan ini. Karena aku percaya bahwa kita hanya butuh yakin saja. Yup yakin saja hingga akhirnya Tuhan pun yakin untuk memberi kita bahagia suatu hari nanti.
Dan yang pasti, aku ingin bahagia bersamamu.

24 September 2013
_Diatas pesawat lion air menuju jayapura_

Apr 3, 2013

The best place to shouts


Kehidupan sehari-hari kadang membuat kita bosan, bahkan bisa bikin stress kalo yang ditemui adalah masalah, masalah dan masalah lagi. Hidup emang gak pernah lepas dari masalah, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapinya bukan??. Kadang kalo lagi bête, bosan atau stress rasanya pengen banget teriak yang sekencang-kencangnya. (pernah ngerasain juga kan??). tapi tetep aja hal itu gak bisa kita lakuin seenaknya aja,  dimana aja. Emang kita udah siap mental disangka orang gila??!
                Menurut saya, salah satu alasan kenapa konser-konser musik rame, tempat-tempat dugem rame, ya mungkin karena disitulah orang bebas teriak-teriak, bebas nyanyi nyanyi melampiaskan emosi mereka. Suka gak suka, rasa-rasanya berteriak-teriak itu emang sedikit bisa bikin kita rileks setelahnya. Ada sebuah pelampiasan dan kelegaan sendiri. Mau bukti lagi? Lihat aja betapa ramenya wahana-wahana menegangkan di dufan. Pernah ngerasain kan sensasi teriak-teriaknya?
Teriak-teriak di dufan sih ga masalah, nah coba kamu teriak-teriak di kebun raya bogor??. Eit jangan salah! Tempat ini juga ternyata menjadi salah satu tempat orang melampiaskan stres dengan teriak teriak loh. Saya pernah mendengar dari seorang penjaga Kebun Raya Bogor, kalo ternyata pada malam-malam tertentu terdapat sekumpulan orang yang melakukan terapi mental di sebuah lapangan yang ada di sana. Apa yang mereka lakukan? Yupz berteriak-teriak sekencang-kencangnya. Di tengah kebun raya siapa yang peduli kalo orang teriak-teriak?! Tengah malem pula!!
Ada satu tempat lagi yang saya sebut ‘the best place to shouts’ tempat terbaik untuk teriak teriak. Dimana itu?? Curug!!
Iya curug! Atau dalam bahasa indonesia artinya air terjun.
Saya gak menyangsikan kalo tempat ini tempat yang bagus buat teriak teriak. Dengan mata kepala saya sendiri, saya pernah melihat tiga orang perempuan, siang siang, teriak-teriak pake ngebentak bentak segala tuh air terjun. Emang sih dalam jarak yang sangat dekat, gemuruh yang diciptakan air terjun mampu mengalahkan suara kita sendiri. Hembusan angin serta cipratan air yang ada di sekitar juga bikin efek yang lebih seru.
Umumnya air terjun berada di daerah yang sulit dijangkau, Kita harus berjalan kaki beberapa kilometer dulu sebelum sampai di tujuan. Inilah yang makin bikin sensasi seru. Badan yang capek, kena hembusan angin yang dingin bercampur cipratan-cipratan air yang bikin badan kita basah terus teriak teriak melampiaskan emosi… wuih. Mesti nyoba.. Saran saya sih nyari curug yang sepi juga kaya salah satu curug di Kebun Raya Cibodas misalnya, tapi saya lupa nama curugnya apa. He..
Udah ah saya mau teriak dulu..,
AAAAArrrrRRRRRggggHHHHHHHHH…………………!! (gak pake suara tapi)

Pagi Ranu Kumbolo


Satu pagi di bulan oktober 2011 lalu, saya menggigil di pinggir danau ranukumbolo. Selapis sweater tebal yang saya kenakan, tidak cukup tangguh untuk mengalahkan dingin yang masuk menjalari tubuh. Gigi yang bergemeretak, kaki yang serasa beku hingga enggan beranjak kemanapun. Namun waktu shubuh sudah tiba sejak tadi, ayo kita sholat!. Eh air danaunya pasti dingin?!! (ragu ragu mencelupkan jari ke air)
Voila! ternyata air danaunya tak sedingin yang dibayangkan, mungkin sebabnya kalah dingin dengan udara yang penuh kabut. kabut tebal yang bergerak perlahan mengikuti irama hembusan angin menutupi permukaan danau dan sekelilingnya. Dingiiiin… Selesai shalat, sayapun berharap munculnya sebuah kehangatan. Mana? mana mentari paginya?!
Saya bukanlah satu-satunya manusia yang kedinginan di sana. Ada delapan manusia lain sedang menggigil dan merindukan mentari yang sama. Mereka adalah teman teman seperjuangan dari bogor. Selain mereka ada belasan manusia lain yang mulai bergerak melawan dingin, keluar dari tenda tenda yang tersebar di tanah lapang sekitaran danau.
Perlahan sinar mentari datang menghangatkan, malu malu menyusup lewat kabut tipis diatas kepala. Ranukumbolo mulai menggeliat hidup.
Ranu kumbolo merupakan danau yang terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 2469 mdpl. Ranu atau Danau ini berada di lereng gunung semeru yang konon terbentuk dari kawah gunung jambangan yang memadat kemudian terisi oleh air. Danau ini termasuk tempat favorit para pendaki yang akan menuju puncak mahameru. Menurut catatan, suhu pada malam hari di danau ini berkisar antara 1 sampai 5 derajat celcius (kebayangkan dinginnya??).    
Tak hanya kami yang riang menyambut kehangatan sang mentari. Suara suara pun sudah ramai terdengar. Ada burung burung kecil yang terbang rendah di permukaan danau ranukumbolo, sesekali mereka bertengger kemudian bercericit di dahan pohon pinus atau sekedar mejeng di pinggir danau. Tak terusik oleh kami kami yang mulai beraktifitas mencuci muka, memasak mie instant atau menyeduh secangkir kopi.
Mata saya tak bisa berpaling dari indahnya ranukumbolo. Air di permukaan danau tertiup angin menciptakan siluet serupa sisik-sisik naga yang berkilauan memantulkan sinar mentari. Birunya air, kilau mentari, hijaunya pohon-pohon di pinggir danau serta pemandangan dua bukit kembar di arah barat danau menciptakan sebuah keindahan tersendiri. Semua keindahan itu menyatu memancarkan energi positif bagi tubuh tubuh yang kelelahan. Keindahan yang menghangatkan hati dan melekat erat dalam memori.
Saat itu saya berucap…
“Ini adalah tempat yang ingin saya datangi lagi suatu hari nanti”.
Pagi di Ranu kumbolo..!!
adalah satu dari ribuan pagi dalam hidup saya yang ingin saya nikmati kembali.. pagi yang sangat sangat saya rindukan…
saat ini.

Gua Lempar Lumpur


*lampu mati*
Ceplak!!, Plok!! Auww… hahaha… Heii! Plak plok! Aduuh!! Ceprat!!... udah udah…!
*lampu menyala*
Muncullah muka-muka belepotan…
---
                Susur gua atau caving kalo bisa dibilang sih termasuk kedalam aktivitas yang ekstrim dan membahayakan. Bahkan untuk melakukannya biasanya kita diharuskan menggunakan perlengkapan keselamataan seperti helm, arm bend dan alat perlindungan lain. Tapi saat itu kami cuma membawa senter dan kenekatan! (Gua yang mau kita susur ini adanya di deket pantai sawarna dan saya lupa namanya.. haha)
                air setinggi betis sudah menunggu kami di pintu masuk gua. Senter dinyalakan dan mulailah kita berjalan perlahan. Pelan-pelan  banget.. kenapa?? Jujur aja ya.. menyusur gua tanpa ada yang mandu itu.. ibarat hidup dengan masa depan yang tidak jelas, gelap, banyak ketidak pastian, ga tau apa yang akan kita temui selanjutnya dan sampai kapan ujung semua ini berakhir. Aiiih…
Benarlah apa kata orang-orang yang sudah masuk gua kalo gua itu emang indah. Apalagi melihat jajaran stalaktit dan stalakmit yang jadi ornamen di sekeliling gua. Cantik banget.. (stalaktit dan stalakmit adalah bentukan alam akibat proses pelarutan di daerah kapur yang terus menerus sehingga membentuk batuan-batuan runcing seperti kerucut,  bedanya stalaktit dan stalakmit hanya pada lokasi terbentuknya, stalaktit adalah batu yang terbentuk dari aliran air diatas gua yang menetes ke bawah sedangkan stalakmit adalah hasil tetesan tetesan air di dasar gua sehingga mengerucut ke atas).
                Guano atau ee kelelawar juga menjadi pemandangan sendiri di dalam gua, terlihat pada batu batuan di dasar gua yang penuh corak putih hasil ee si kelelawar. Cantik juga dilihatnya. jujur ya, saya belum pernah liat kumpulan ee secantik ini.
                Perjalanan masuk ke dalam gua ga gampang, kita mesti nyebur ke air yang ketinggiannya kadang bisa nyampe sebadan atau semeter lebih kira-kira. Totalitas adalah salah satu kata yang harus kita lakukan, merangkak, basah-basahan, kotor-kotoran, berenang-renangan demi terus masuk kedalam. Hingga akhirnya gak terasa kita masuk udah cukup jauh. Namun disinilah, sebuah keputusan sulit harus diambil!!
                Dibalik rasa penasaran akan sampai mana ujung gua ini, juga hal-hal apa yang masih ada di depan sana, namun terbesit juga perasaan takut melangkah terlalu jauh, ada resiko yang semakin besar jika kaki melangkah semakin kedalam (kita masih sayang nyawa juga sih.. lagian entar kalo nyasar siapa yang akan nemuin kita di dalam gua coba??!)
                Akhirnya kita memutuskan cukup dan berhenti di sebuah tempat yang menyerupai lorong, Tempatnya agak kering karena tidak dilewati air. Istirahat sejenak, menarik nafas mengagumi keindahan sang Pencipta. Hening….
Melihat tempat di sekitar yang penuh lumpur jiwa kanak-kanak kita perlahan bangkit.. ciaaat.. lampu senter sepakat dimatikan. Perang Lumpur pun tak bisa dihindarkan,, korban berjatuhan.. muka belepotan serta jeritan kesakitan terkena lemparan (Lebaaay dikit ah...).
                Mesti belum puas.. kita sepakat buat udahan dan menyusuri jalan pulang. Bilangnya sih udahan.. Tapi namanya juga anak-anak (umur masih 21), sepanjang susur gua masih aja kadang main-main dan lempar-lemparan sampai akhirnya kita keluar gua.. ckckck.. tapi emang seru sih,,, he..
                Akhirnya keluar gua dan kembali melihat dunia yang terang benderang… Ayeeee…
                Ternyata sesuatu yang ekstrim, kadang kadang bisa bikin kita jadi anak-anak juga....