Dec 28, 2013

Merindukan Hijaumu

Apa yang menarik dari sebuah pendakian??

Mengapa 9 dari 10 orang ingin mendaki lagi setelah pendakian pertamanya?? (perbandingannya ngarang aja ini mah.. hehe)

Apa yang menarik dari deretan pohon pohon yang sepanjang mata memandang hanya berwarna hijau dan coklat? Lalu udara yang begitu dingin bikin gigi gemeretak beradu satu sama lain.., bukankah lebih nyaman dirumah ketika badan tenggelam dalam busa yang empuk sambil dipeluk selimut tebal yang hangat?

Pendakian gunung juga sarat dengan bahaya, jika salah perhitungan atau lengah sedikit… hypothermia, tersesat atau terpeleset masuk jurang merupakan hal yang rentan dialami pendaki. Dan masih beruntung jika yang menjemput dan menolong kita pada saat itu adalah tim SAR. Karena gak sedikit juga  yang dijemput sama malaikat maut.

Bagi sebagian orang, rindu mendaki gunung mungkin seperti rindu bertemu kekasih. Ada sesuatu yang menariknya untuk dia bersama sama lagi menikmati ‘kenyamanan’ yang gunung berikan. Bukankah seseorang menjalin sebuah hubungan karena adanya rasa nyaman?

Ketika ditanya mengapa kita mencintai seseorang, adakalanya kita bingung… jatuh cinta ya jatuh begitu saja, tanpa alasan, semacam ada unsur magis yang membuat detak dan debar jantung menjadi sebuah shimponi yang merdu melebihi gubahan mozart atau bethoven. Berlebihan? Ah rasanya tidak.. Itu mirip dengan mendaki gunung… kadang orang yang sudah mendaki gunung berkali kali tak pernah tau alasannya kenapa ia kembali mendaki lagi dan lagi… apakah hanya sekedar bermain main? petualang?, merasa tertantang? Atau ingin terlihat hebat? Rasanya hanya ada rasa ingin tanpa embel embel yang lain… dan saat mendaki ada unsur magis tadi yang menggelitik alam bawah sadar dan perasaan kita.. Ya semacam jatuh cinta..

Buat yang pernah mendaki.. pernah gak ngalamin ketika kita mendaki daerah yang berat dan butuh tenaga ekstra sementara kita udah jalan jauh, capek, nafas sudah memburu dan pendek pendek… lalu suasana begitu hening… yang terdengar dengan jelas hanyalah suara nafas, degup jantung dan kaki yang melangkah terseret… masing masing bergulat dengan pikirannya sendiri.. pada saat seperti ini tak ada yang namanya mikirin kerjaan, tugas kuliah, suasana rumah, atau masalah di luar sana,  yang ada hanyalah fokus menyelesaikan apa yang harus diselesaikan, berjuang mencapai puncak.

Saat saat seperti itu tanpa disadari justru memunculkan sisi spiritual yang kita punya, ketika kita merasa tak berdaya. Saat itulah kita merasa begitu dekat dengan Dia. Dia yang menancapkan gunung gunung itu dengan kokoh di bumi, menghiasnya dengan pohon pohon menjulang dan mata mata air yang menyejukan... Pengalaman spiritual itulah yang kadang membuat kita menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya… kita yang pasrah, kita yang merasa begitu kecil dihadapannya… ketika hidup dan mati begitu dekat…

Perasaan spiritual ini sebenernya coba disimulasikan dalam berbagai training motivasi.. tapi efek dari mendaki gunung bukan sekedar simulasi apalagi imitasi… perasaan yang nyata nyata dirasakan bukan karena melihat kondisi yang dibuat buat… apa yang bisa didapat dari training traning motivasi yang nangispun karena ikut ikutan..? (eh ini kok jadi melebar ya.. )

Pengalaman mendaki dan setelahnya membuat kita menjadi lebih menghargai ciptaannya, lebih bersyukur tentang memaknai hidup.. ada jutaan tanya yang bergemuruh di kepala masing masing. Bagi yang mampu mengambil pelajaran dari pendakiannya…

Itulah menurut saya mengapa mendaki gunung itu bisa begitu dirindukan.. bukan sekedar menghilangkan kepenatan.. tapi mengisi relung relung spiritual kita yang udah bolong bolong kena polusi.. Polusi yang nama lainnya masalah kehidupan. Yang sering bikin kita lupa siapa sebenarnya kita…

Ah aku rindu mendaki..,
aku rindu karena sudah banyak bolong bolong di sini… (sambil ngusap dada..)

1 comment: