Jan 11, 2014

Soal penting gak penting

Ada kejadian kecil yang membuat saya mengerti bahwa dipedulikan itu bisa membuatmu bahagia seketika..

Hari jum'at lalu, setelah shalat jum'at hujan turun deras sekali. Maka setelah selesai jumatan bubarlah semua dengan payung masing masing dan ada juga yg nebeng.. Dan karena saya ke toilet bentar, jadi pas keluar ga ada yang bisa saya tebeng.. Alhasil cuma bisa bengong nunggu hujan reda padahal perut udah keroncongan..

Peserta jum'atan memang sedikit. Di hutan gini jum'atan ya paling cuma 10 org. Jadi sekali bubar langsung pada ilang semua, ya meskipun ada sih yang masih stay di kantor  1-2 orang main laptop (jum'atan di kantor krn ga ada masjid)

Tapi beruntungnya saya.. Tiba2 ada orang balik lagi bawain saya payung.. Dia tau kalo saya udah kelaperan.. Cacing2 di perut saya udah berontak..

Setelah ngasih payung dia cuma bilang, belum makan kan? Makan dulu sudah..
Kitapun jalan bareng nyampe kantin (lebih tepatnya dapur umum).. Saya balikin payung itu dan dia ternyata gak masuk.. Dia bilang udah makan.. Saya kira sebelumnya dia ngajak makan bareng dgn jemput saya, jadi ternyata orang itu nganterin payung cuma supaya saya bisa makan.

Ketika seseorang mempedulikanmu ada rasa bahagia yang tiba tiba.. apalagi di lingkungan kerja yang masih baru bagi saya. Setidaknya dia membuat saya merasa diakui.

Benar kata seseorang.. Penting untung dianggap penting oleh orang lain..

Dan saya juga ingin dianggap penting oleh seseorang yang penting buat saya..

Jan 5, 2014

Marriage is not for me

Seorang lelaki yang menyadari bahwa pernikahan bukan untuknya

Sebuah kisah tentang seorang lelaki yang menyadari bahwa cinta dan pernikahan bukanlah untuknya, sebelum berasumsi macammacam.. sila dibaca.. (-:

***

Having been married only a year and a half, I’ve recently come to the conclusion that marriage isn’t for me.

Now before you start making assumptions, keep reading.

I met my wife in high school when we were 15 years old. We were friends for ten years until…until we decided no longer wanted to be just friends. :) I strongly recommend that best friends fall in love. Good times will be had by all.

Nevertheless, falling in love with my best friend did not prevent me from having certain fears and anxieties about getting married. The nearer Kim and I approached the decision to marry, the more I was filled with a paralyzing fear. Was I ready? Was I making the right choice? Was Kim the right person to marry? Would she make me happy?

Then, one fateful night, I shared these thoughts and concerns with my dad.

Perhaps each of us have moments in our lives when it feels like time slows down or the air becomes still and everything around us seems to draw in, marking that moment as one we will never forget.

My dad giving his response to my concerns was such a moment for me. With a knowing smile he said, “Seth, you’re being totally selfish. So I’m going to make this really simple: marriage isn’t for you. You don’t marry to make yourself happy, you marry to make someone else happy. More than that, your marriage isn’t for yourself, you’re marrying for a family. Not just for the in-laws and all of that nonsense, but for your future children. Who do you want to help you raisethem? Who do you want to influence them? Marriage isn’t for you. It’s not about you. Marriage is about the person you married.”

It was in that very moment that I knew that Kim was the right person to marry. I realized that I wanted to make her happy; to see her smile every day, to make her laugh every day. I wanted to be a part of her family, and my family wanted her to be a part of ours. And thinking back on all the times I had seen her play with my nieces, I knew that she was the one with whom I wanted to build our own family.

My father’s advice was both shocking and revelatory. It went against the grain of today’s “Walmart philosophy”, which is if it doesn’t make you happy, you can take it back and get a new one.

No, a true marriage (and true love) is never about you. It’s about the person you love—their wants, their needs, their hopes, and their dreams. Selfishness demands, “What’s in it for me?”, while Love asks, “What can I give?”

Some time ago, my wife showed me what it means to love selflessly. For many months, my heart had been hardening with a mixture of fear and resentment. Then, after the pressure had built up to where neither of us could stand it, emotions erupted. I was callous. I was selfish.

But instead of matching my selfishness, Kim did something beyond wonderful—she showed an outpouring of love. Laying aside all of the pain and aguish I had caused her, she lovingly took me in her arms and soothed my soul.

ship of love is for you. Love is about the person you love.

And, paradoxically, the more you truly love that person, the more love you receive. And not just from your significant other, but from their friends and their family and thousands of others you never would have met had your love remained self-centered.

Truly, love and marriage isn’t for you. It’s for others.

catatan: postingan ini dicolong langsung dari sini

Jan 2, 2014

Mengaku pintar

Postingan ini hanya mengingatkan saya sendiri.. Betapa ingin terlihat lebih di mata orang lain itu tidak elok.. Hehe

Cerita 1

Ada seorang pemuda bernama bejo dan seorang tukang cukur yang ngaku pinter. Bejo adalah orang yang sangat bodoh, begitulah yang sering dibilang si tukang cukur yang ngaku pinter kepada semua pelanggannya. Suatu hari ada seorang pemuda datang ke tempat cukur itu, penampilannya necis kaya eksekutif muda.

Namanya juga manusia, punya naluri selalu ingin dilihat ‘lebih’ oleh orang lain, begitupula si Tukang Cukur Yang Ngaku Pinter (TCYNP) ini. Salah satu cara agar kita terlihat pintar adalah dengan menunjukkan bahwa orang lain lebih bodoh,, maka di ajak ngobrol lah si eksekutif muda ini sama si TCYNP.

TCYNP : “Bos, mau saya kenalin sama orang paling bodoh di dunia gak? Dia ini  gak ngerti sama sekali yang namanya duit.. bayangin aja zaman kaya gini ga tau duit,  Apa coba namanya kalo bukan bodoh?”

EksMud: “Masa ada sih pak zaman sekarang  orang yang gak tau duit?”

TCYNP : “Itu si bejo!” (kata si tukang cukur sambil nunjuk ke arah lelaki kurus bernama bejo yang lagi duduk di depan etalase tempat cukur)

EksMud: “ah, yang bener pak?”

TCYNP : “Sini saya buktiin!” lanjut si tukang cukur.

Si Tukang cukur yang ngaku pinter ini akhirnya nyamperin lelaki kurus bernama bejo dan nyodorin uang 500 rupiah dan 1000 rupiah… bejo disuruh milih uang mana yang ia mau. Bejo Keliatan lagi mikir lalu  tanpa diduga tangan bejo ngambil uang 500 perak atau yang nominalnya paling kecil. Si tukang cukur yang ngaku pinter pun nyengir penuh kemenangan.

Setelah selesai dicukur, si eksmud pun penasaran sama si bejo, kenapa kok dia lebih milih uang 500 rupiah yang lebih kecil nominalnya dibanding 1000 rupiah, kemudian terjadilah percakapan antara si eksmud sama bejo.

Eksmud: “misi jo, kamu kok lebih milih uang 500 rupiah dibanding 1000?, apa kamu ga tau kalo 1000 rupah itu lebih gede nilainya?”

Bejo: “tau lah om, karena itu saya ambil yang 500”

Eksmud: “lah kok gitu?” (si eksmud pun kebingungan)

Bejo: “ssst… ini namanya permainan om, kalo saya ambil 1000 dari si tukang cukur, maka permainan ini langsung selesai. Besok besok dia gak akan ngasih saya uang kayak tadi. Itulah kenapa saya milih yang 500. Biar tiap hari tetep dapet uang.”

***

Siapapun kalo dibilang pinter ya pasti seneng… Kadang orang terlalu sibuk membuktikan dirinya pinter dimata orang lain padahal kenyataannya dia sedang dibodoh bodohi..

Cerita 2

Cerita yang ini saya denger langsung dari yang ngalamin.. dia seorang auditor Bank yang tugasnya meng-audit keuangan sebuah perusahaan. Pada suatu hari ia akan mengaudit sebuah perusahaan tepatnya perkebunan kelapa sawit. Ia pun membawa bawahannya yang masih baru sebagai asisten.

Asisten si bapak auditor ini belom pernah sama sekali terjun langsung ke lapangan, apalagi ke kebun sawit. Pohon sawit saja dia gak tau. Sampai pada akhirnya tibalah mereka di lokasi yang dituju. Dengan ditemani pihak perkebunan merekapun keliling keliling. Tempat yang mereka kunjungi pertama adalah kebun karet. Selain komoditas sawit, ternyata perusahaan ini juga punya perkebunan karet yang cukup luas.

Terkesima dengan jajaran pohon yang rapi dan menjulang tinggi dan mungkin juga ingin dianggap pintar oleh atasannya, maka si asisten ini membuka pembicaraan dengan bertanya sama petugas wakil dari perusahaan.

“sepertinya pengelolaan kebun di sini cukup bagus pak,.. saya lihat pohon sawitnya tinggi-tinggi…” sambil nunjuk jajaran pohon karet yang menjulang tinggi.

Kemudian…

Hening…

Si bapak auditor dan bapak petugas pun lalu ketawa.

sambil senyum senyum si bapak petugas jawab: “iya mas, Cuma disini sawit yang pohonnya tinggi-tinggi dan bisa disadap kaya pohon karet…”

***

Terkadang ingin terlihat pintar di depan orang lain justru akan terlihat bodoh. Dan sayapun pernah mengalaminya…
 

Jan 1, 2014

Cermin

Pagi ini, Aku menatap cermin. Seseorang di dalamnya menatapku. Asing. Kemarin ia tak ada disana. Bahkan hari hari sebelumnya. Ia tersenyum, dan senyum itu tak asing bagiku.. Senyum kebahagiaan seolah seluruh kebahagiaan tumpah di lengkung bibirnya. Aku pernah mengenalnya.. Ia.. Ia sosok yang pernah muncul saat aku bercermin di hari hariku dulu.. saat aku tak sendirian.. Dimatanya kulihat.. Ada seseorang disana.. Menari bersama kerlip bintang di matanya. Itukah yang membuatnya bahagia??

Ku kedipkam mataku.. Ia menghilang, berganti sosok wajah yang sedang muram.. Aku tersenyum, ia pun tersenyum.. Namun terasa kecut, tak ada lagi kebahagiaan yang tumpah.. Kulambaikan tangan kananku, ia lambaikan tangan kirinya.. Kulihat matanya.. Gelap seperti dasar lautan. Kesendirian yang riuh dalam diamnya. Aku bergidik ngeri. Siapapun akan tenggelam disana.

Dan wajah itu tak asing..
Ia menirukam semua gerakku.
Apakah ia adalah aku.

Seketika aku merasa asing dengan diriku sendiri.
Bahkan kini..
aku tak mengenal siapa aku.