Apr 3, 2013

Pagi Ranu Kumbolo


Satu pagi di bulan oktober 2011 lalu, saya menggigil di pinggir danau ranukumbolo. Selapis sweater tebal yang saya kenakan, tidak cukup tangguh untuk mengalahkan dingin yang masuk menjalari tubuh. Gigi yang bergemeretak, kaki yang serasa beku hingga enggan beranjak kemanapun. Namun waktu shubuh sudah tiba sejak tadi, ayo kita sholat!. Eh air danaunya pasti dingin?!! (ragu ragu mencelupkan jari ke air)
Voila! ternyata air danaunya tak sedingin yang dibayangkan, mungkin sebabnya kalah dingin dengan udara yang penuh kabut. kabut tebal yang bergerak perlahan mengikuti irama hembusan angin menutupi permukaan danau dan sekelilingnya. Dingiiiin… Selesai shalat, sayapun berharap munculnya sebuah kehangatan. Mana? mana mentari paginya?!
Saya bukanlah satu-satunya manusia yang kedinginan di sana. Ada delapan manusia lain sedang menggigil dan merindukan mentari yang sama. Mereka adalah teman teman seperjuangan dari bogor. Selain mereka ada belasan manusia lain yang mulai bergerak melawan dingin, keluar dari tenda tenda yang tersebar di tanah lapang sekitaran danau.
Perlahan sinar mentari datang menghangatkan, malu malu menyusup lewat kabut tipis diatas kepala. Ranukumbolo mulai menggeliat hidup.
Ranu kumbolo merupakan danau yang terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 2469 mdpl. Ranu atau Danau ini berada di lereng gunung semeru yang konon terbentuk dari kawah gunung jambangan yang memadat kemudian terisi oleh air. Danau ini termasuk tempat favorit para pendaki yang akan menuju puncak mahameru. Menurut catatan, suhu pada malam hari di danau ini berkisar antara 1 sampai 5 derajat celcius (kebayangkan dinginnya??).    
Tak hanya kami yang riang menyambut kehangatan sang mentari. Suara suara pun sudah ramai terdengar. Ada burung burung kecil yang terbang rendah di permukaan danau ranukumbolo, sesekali mereka bertengger kemudian bercericit di dahan pohon pinus atau sekedar mejeng di pinggir danau. Tak terusik oleh kami kami yang mulai beraktifitas mencuci muka, memasak mie instant atau menyeduh secangkir kopi.
Mata saya tak bisa berpaling dari indahnya ranukumbolo. Air di permukaan danau tertiup angin menciptakan siluet serupa sisik-sisik naga yang berkilauan memantulkan sinar mentari. Birunya air, kilau mentari, hijaunya pohon-pohon di pinggir danau serta pemandangan dua bukit kembar di arah barat danau menciptakan sebuah keindahan tersendiri. Semua keindahan itu menyatu memancarkan energi positif bagi tubuh tubuh yang kelelahan. Keindahan yang menghangatkan hati dan melekat erat dalam memori.
Saat itu saya berucap…
“Ini adalah tempat yang ingin saya datangi lagi suatu hari nanti”.
Pagi di Ranu kumbolo..!!
adalah satu dari ribuan pagi dalam hidup saya yang ingin saya nikmati kembali.. pagi yang sangat sangat saya rindukan…
saat ini.

No comments:

Post a Comment