Satu pagi di bulan oktober 2011 lalu,
saya menggigil di pinggir danau ranukumbolo. Selapis sweater tebal yang saya
kenakan, tidak cukup tangguh untuk mengalahkan dingin yang masuk menjalari
tubuh. Gigi yang bergemeretak, kaki yang serasa beku hingga enggan beranjak
kemanapun. Namun waktu shubuh sudah tiba sejak tadi, ayo kita sholat!. Eh air
danaunya pasti dingin?!! (ragu ragu mencelupkan jari ke air)
Voila! ternyata air danaunya tak
sedingin yang dibayangkan, mungkin sebabnya kalah dingin dengan udara yang
penuh kabut. kabut tebal yang bergerak perlahan mengikuti irama hembusan angin menutupi
permukaan danau dan sekelilingnya. Dingiiiin… Selesai shalat, sayapun
berharap munculnya sebuah
kehangatan. Mana? mana mentari paginya?!
Saya bukanlah satu-satunya manusia
yang kedinginan di sana. Ada delapan manusia lain sedang menggigil dan
merindukan mentari yang sama. Mereka adalah teman teman seperjuangan dari
bogor. Selain mereka ada belasan manusia lain yang mulai bergerak melawan dingin,
keluar dari tenda tenda yang tersebar di tanah lapang sekitaran danau.
Perlahan sinar mentari datang
menghangatkan, malu malu menyusup lewat kabut tipis diatas kepala. Ranukumbolo mulai menggeliat hidup.
Ranu kumbolo merupakan danau yang
terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 2469 mdpl. Ranu atau Danau ini berada di lereng
gunung semeru yang konon terbentuk dari kawah gunung jambangan yang memadat kemudian
terisi oleh air. Danau ini termasuk tempat favorit para pendaki yang akan menuju puncak
mahameru. Menurut catatan, suhu pada malam hari di danau ini berkisar antara 1
sampai 5 derajat celcius (kebayangkan dinginnya??).
Tak hanya kami yang riang menyambut kehangatan sang
mentari. Suara suara pun sudah ramai terdengar. Ada burung burung kecil yang terbang
rendah di permukaan danau ranukumbolo, sesekali mereka bertengger kemudian
bercericit di
dahan pohon pinus atau
sekedar mejeng di pinggir danau. Tak terusik oleh kami kami yang mulai
beraktifitas mencuci muka, memasak mie instant atau menyeduh secangkir kopi.
Mata saya tak
bisa berpaling dari indahnya ranukumbolo. Air di permukaan danau tertiup angin menciptakan siluet serupa sisik-sisik naga yang berkilauan memantulkan
sinar mentari. Birunya air, kilau mentari, hijaunya pohon-pohon di
pinggir danau serta pemandangan dua bukit kembar di arah barat danau
menciptakan sebuah keindahan tersendiri. Semua keindahan itu menyatu memancarkan energi positif
bagi tubuh tubuh yang kelelahan. Keindahan yang menghangatkan hati dan
melekat erat dalam memori.
Saat itu saya berucap…
“Ini adalah tempat yang ingin saya
datangi lagi suatu hari nanti”.
Pagi di Ranu kumbolo..!!
adalah satu dari ribuan pagi dalam
hidup saya yang ingin saya nikmati kembali.. pagi yang sangat sangat saya
rindukan…
saat ini.
No comments:
Post a Comment