*lampu mati*
Ceplak!!, Plok!! Auww…
hahaha… Heii! Plak plok! Aduuh!! Ceprat!!... udah udah…!
*lampu menyala*
Muncullah muka-muka
belepotan…
---
Susur gua atau
caving kalo bisa dibilang sih termasuk kedalam aktivitas yang ekstrim dan membahayakan.
Bahkan untuk melakukannya biasanya kita diharuskan menggunakan perlengkapan
keselamataan seperti helm, arm bend dan alat perlindungan lain. Tapi saat itu
kami cuma membawa senter dan kenekatan! (Gua yang mau kita susur ini adanya di
deket pantai sawarna dan saya lupa namanya.. haha)
air setinggi betis
sudah menunggu kami di pintu masuk gua. Senter dinyalakan dan mulailah kita
berjalan perlahan. Pelan-pelan banget.. kenapa??
Jujur aja ya.. menyusur gua tanpa ada yang mandu itu.. ibarat hidup dengan masa
depan yang tidak jelas, gelap, banyak ketidak pastian, ga tau apa yang akan
kita temui selanjutnya dan sampai kapan ujung semua ini berakhir. Aiiih…
Benarlah apa kata orang-orang yang sudah masuk gua
kalo gua itu emang indah. Apalagi melihat jajaran stalaktit dan stalakmit yang
jadi ornamen di sekeliling gua. Cantik banget.. (stalaktit dan stalakmit adalah
bentukan alam akibat proses pelarutan di daerah kapur yang terus menerus
sehingga membentuk batuan-batuan runcing seperti kerucut, bedanya stalaktit dan stalakmit hanya pada
lokasi terbentuknya, stalaktit adalah batu yang terbentuk dari aliran air
diatas gua yang menetes ke bawah sedangkan stalakmit adalah hasil tetesan
tetesan air di dasar gua sehingga mengerucut ke atas).
Guano atau ee
kelelawar juga menjadi pemandangan sendiri di dalam gua, terlihat pada batu
batuan di dasar gua yang penuh corak putih hasil ee si kelelawar. Cantik juga
dilihatnya. jujur ya, saya belum pernah liat kumpulan ee secantik ini.
Perjalanan masuk ke
dalam gua ga gampang, kita mesti nyebur ke air yang ketinggiannya kadang bisa
nyampe sebadan atau semeter lebih kira-kira. Totalitas adalah salah satu kata
yang harus kita lakukan, merangkak, basah-basahan, kotor-kotoran, berenang-renangan
demi terus masuk kedalam. Hingga akhirnya gak terasa kita masuk udah cukup
jauh. Namun disinilah, sebuah keputusan sulit harus diambil!!
Dibalik rasa penasaran
akan sampai mana ujung gua ini, juga hal-hal apa yang masih ada di depan sana, namun
terbesit juga perasaan takut melangkah terlalu jauh, ada resiko yang semakin
besar jika kaki melangkah semakin kedalam (kita masih sayang nyawa juga sih..
lagian entar kalo nyasar siapa yang akan nemuin kita di dalam gua coba??!)
Akhirnya kita
memutuskan cukup dan berhenti di sebuah tempat yang menyerupai lorong,
Tempatnya agak kering karena tidak dilewati air. Istirahat sejenak, menarik
nafas mengagumi keindahan sang Pencipta. Hening….
Melihat tempat di sekitar yang penuh lumpur
jiwa kanak-kanak kita perlahan bangkit.. ciaaat.. lampu senter sepakat
dimatikan. Perang Lumpur pun tak bisa dihindarkan,, korban berjatuhan.. muka
belepotan serta jeritan kesakitan terkena lemparan (Lebaaay dikit ah...).
Mesti belum puas..
kita sepakat buat udahan dan menyusuri jalan pulang. Bilangnya sih udahan..
Tapi namanya juga anak-anak (umur masih 21), sepanjang susur gua masih aja
kadang main-main dan lempar-lemparan sampai akhirnya kita keluar gua.. ckckck..
tapi emang seru sih,,, he..
Akhirnya keluar gua
dan kembali melihat dunia yang terang benderang… Ayeeee…
Ternyata sesuatu
yang ekstrim, kadang kadang bisa bikin kita jadi anak-anak juga....
goa lalay namanya udin, hehe,,
ReplyDeletejadi senyum2 sendiri mengenangnya,, ^^