Dulu.. Pernah berikrar tak akan melakukan perbuatan yang akan disesali pada akhirnya.. Tak akan menyakiti hati orang lain.. Tapi malam ini.. Saya mengingkari ikrar itu..
Dec 31, 2013
K.O
Saya, tidak pernah mereblog sebuah tulisan sebelumnya di blog ini… karena saya menganggapnya personal.. sebagus dan semirip apapun kondisinya dengan saya, kadang cara pandangnya yang berbeda. Tapi kali ini…
Tulisan yang selanjutnya akan kalian baca ini…. Sudah telak meng K.O saya tepat di ronde pertama… tepat di beberapa baris awal… [meskipun yang nulis bukan petinju..] jleb lah pokoknya..
Langsung saja biar kalian juga ngerasa di K.O sama tulisan keren bu Asma Nadia ini…
***
Seberapa tulus hatimu padaku, sebuah catatan akhir tahun...
siapa saya yang menilai atau menghakimi seseorang?
Kalimat di atas sering sekali kita dengar. Barangkali pun sering kita ucapkan.
Ketulusan adalah sesuatu yang seharusnya juga kita masukkan dalam kalimat di atas.
sehingga secara implisit kalimatnya menjadi:
siapa saya yang bisa menilai ketulusan seseorang, atau menghakimi tulus tidaknya seseorang?
Seperti juga keikhlasan, ketulusan (yang saya anggap part dari ikhlas) adalah sesuatu yang tidak memiliki alat ukur yang jelas.
lalu apa indikator seseorang tidak tulus? apa indikator seseorang tulus? adakah tips-tips mengenali bentuk ketulusan or ketidaktulusan ini?
Saya tidak tahu jawabannya. Saya lebih khawatir pada kesalahan saya mengenali bentuk ketulusan, dibandingkan mengkhawatirkan ketulusan orang-orang yang memasang wajah tulus di hadapan saya.
Kenapa?
Sebab apakah mereka tulus atau tidak, sama sekali bukan urusan saya.
Jika mereka tidak tulus, maka itu tidak akan merugikan saya… tidak membuat saya menjadi orang yang lebih besar atau menjadi orang yang lebih kecil.
Sebab kita sendiri yang menentukan, akan jadi manusia yang lebih besarkah kita, atau sebaliknya. Bukan orang lain.
Katakanlah seseorang memberi pujian untuk kita.
“Wah, mbak cantik sekali. Lebih cantik dari yang saya dengar…”
Apakah mereka tulus mengungkapkan itu?
Ah, apa artinya mereka tulus ketika memuji atau tidak?
Sebab toh jika mereka tulus, pujian tersebut tidak membuat kita bertambah cantik.
Adapun jika mereka hanya mencari bahan obrolan, atau berusaha lebih dekat, atau mengambil hati kita dengan kalimat itu, saya kira ini kreativitas seseorang yang tidak menyakitkan.
Bagaimana jika mereka mengatakan hal itu justru untuk mengecilkan hati kita. Jahatnya begitu. Sebab kita yang tiap hari bercermin tahu betul apa kata cermin tentang diri kita. Dan kita misalnya sama sekali tidak masuk kriteria cantik secara fisik. Apakah kita harus merasa sedih atau marah karena mereka tidak tulus? Justru mungkin diam-diam menertawakan kita di belakang?
Ah, terus kenapa pula jika mereka memang menertawakan kita, jika mereka tidak tulus? Apakah kita menjadi lebih kecil dan tidak berarti? Tentu tidak. Arti diri kita, nilai diri kita… kitalah yang menentukan. Sepenuhnya di tangan kita. Bukan tangan orang lain.
“Dia bilang saya hebat, padahal dia tahu proyek saya gagal… “
“Dia Cuma pura-pura manis depan saya, padahal maksudnya…”
“Dia kan begitu hanya untuk bisnis, ramahnya untuk kepentingan-kepentingan tertentu…”
Katakanlah mereka benar tidak tulus terhadap kita… lalu kenapa? Apa ruginya?
Bahwa manusia berusaha lebih kreatif, berusaha melancarkan bisnis, berusaha untuk kehidupannya, apakah itu menjadikan mereka manusia yang tidak baik? Tidakkah kita pun akan menjaga sikap kita, bahkan pada orang yang tidak kita sukai, namun punya pengaruh? Sebab ini adalah upaya survive dalam kehidupan, tahu bagaimana beradaptasi. Tentu kita juga tahu bagaimana mencapai itu tanpa terjebak menjadi munafik.
Tentu saja, seharusnya seseorang tulus dengan apa yang dia ucapkan, dengan apa yang dia lakukan…
Tetapi kalau mereka memiliki alasan lain, tidak berarti mereka tidak tulus. Atau bahkan jika mereka benar-benar tidak tulus… Biarlah.
Kenapa harus kita membiarkan bisikan-bisikan tadi justru merusak hati, dan malah melawan prinsip yang pernah kita tanamkan dalam hati kita:
siapa saya yang menilai atau menghakimi seseorang?
Dengan menilai orang lain tidak tulus, menilai orang lain bermaksud ini itu, memiliki kepentingan-kepentingan tertentu… mungkin kita benar. Lalu jika benar, apa poin lebih bagi kita?
TAPI, bagaimana kalau kita salah menilai? Semua yang kita anggap sebagai bagian dari ketidaktulusan justru merupakan ketulusan?
Ahh, apa pula arti ketulusan?
Apakah ketulusan harus sesuai dengan apa yang KITA inginkan? Sesuai dengan definisi dan batasan-batasan KITA tentukan? Sehingga jika ada yang melakukan sesuatu di luar rambu-rambu yang KITA tetapkan, kita anggap tidak tulus?
“Kalau dia tulus harusnya dia begini dong…”
”Kalau tulus dia nggak mungkin begitu…”
Kenapa ketulusan harus kita yang menjadi juri. Harus menurut kacamata kita?
Lalu di mana kita meletakkan poin, menghormati sebuah perbedaan? Bahwa ada orang lain yang memang berbeda, bahasa, budaya, agama…
Ketika seseorang memilih bersikap berbeda semata-mata karena upayanya menjadi hamba Allah yang lebih baik, dan bukan karena alasan-alasan lain, tanpa bermaksud menyakiti orang lain. Jika kemudian sikapnya tidak sesuai dengan keinginan kita, kacamata kita, atau apa yang kita percayai, apakah dia menjadi tidak tulus?
Ketulusan itu, biarlah Dia yang menilai sepenuhnya.
Sebab memang terlalu rumit untuk kacamata manusia.
Manusia dengan kemampuan pikir, hanya boleh berasumsi, boleh mengira-ira. Tapi dengan tetap menghidupkan kesadaran:
Allah, betapa terbatasnya mata kita, betapa luasnya pandanganMU.
Terbukti, kita seringkali salah menilai seseorang…
“Saya kira dia suka ini… ternyata tidak.”
“Kelihatannya orangnya pendiam, ya… ternyata kok rame.”
Begitu banyak ternyata-ternyata lain.
Buat saya, saya tidak ingin meletakkan kebahagiaan saya, di tangan orang lain. Sebuah pujian tidak akan membuat saya bertambah kaya, sebab saya tahu… di mataNYA, begitu banyak cela dan cacat saya, begitu banyak ketidaksempurnaan saya, begitu kecilnya saya…
Tetapi, sebuah ketidaktulusan, juga tidak boleh menyakiti saya, apalagi mengubah dunia saya. Ikhlaskan saja…
Tapi jadikan ketidaktulusan yang kamu temui, apakah asumsi atau kemudian terbukti, di mana saja… kapan saja… siapapun yang melakukannya, sebagai pelajaran dan bekal, untuk menjadi lebih tulus dari kemarin.
Sebab saya tidak ingin membuat hati-hati lain retak karena saya bersikap tidak tulus.
Saya yang harus tulus. Bukan orang lain.
Saya yang tidak boleh tidak tulus, bukan orang lain.
Sebab saya yang akan bertanggung jawab terhadap ketulusan atau ketidaktulusan saya, di mahkamahNya nanti. Saya, bukan yang lain…
---Asma Nadia
ps: Jadi seberapa tulus hatimu padaku?
Itu tidak penting buatku.
tapi percayalah, itu sangat penting, untukmu:)
***
Artikel asli bisa dibaca langsung di sini
http://www.asmanadia.net/2011/11/seberapa-tulus-hatimu-padaku-sebuah.html
Dec 28, 2013
tetap BIRU
If you change the way you look at things. The things you look at change (Wayne Dyer)
air laut akan terasa nyaman kecuali ada luka, ia terasa perih. Jangan salahkan air laut, obati saja lukanya. (Anies Baswedan)
apa yang berubah dari air laut? ia tetap asin dan akan selalu begitu sesuai dengan sifat aslinya… lalu kenapa dia bisa menyebabkan dua kondisi yang berbeda? Disatu sisi dia membuat nyaman namun disisi lain ia membuat perih?
sebenernya yang berubah bukanlah air lautnya tetapi sudut pandangnya… dan kondisi kita yang berubah, bukan pada objeknya tapi pada subjek yaang memandangnya…
kita memandang air laut sebagai sesuatu yang hangat dan nyaman untuk bermain, selalu menggoda kita untuk men ‘cemplung’ kan badan kita dan membuat basah… namun ketika kita mempunyai luka yang belum kering, bahkan luka gores kecil saja membuat air laut itu menjadi perih, tak menarik lagi untuk diajak bermain.. ombaknya tak terlihat lagi melambai lambai ngajak nyemplung… lalu apakah air laut itu yang berubah? Yang pasti bukan!
perubahan sikap pada seseorang itu wajar. karena semua yang ada di alam inipun berubah sesuai waktunya... tapi.. kita mungkin seringkali salah menyikapi sikap orang lain.. menuduhnya telah berubah, dia yang dulunya dekat kemudian jadi kurang akrab, seperti ada jurang pembeda yang tiba tiba saja terlihat… lalu dengan mudah men’judge’ bahwa orang lain itu berubah. Kita lupa memakai sudut pandang lain. Kita hanya memandang dari apa yang kita kira, syak wasangka belaka, prasangka yang lebih sering salah dibanding benar.
saya yang berubah?, kamu yang berubah?? atau mungkin… hanya cara pandang kita yang berubah??
Seperti air laut tadi… mungkin orang yang kita sangka berubah ternyata tak berubah sedikitpun. Mungkin ia memang tetap ramah, tetap bersahabat, tetap baik, tapi ada sesuatu di diri kita yang berbeda, bisa jadi sebagian besar karena faktor lingkungan. karena kita yang sibuk sendiri, Karena kita yang jauh dan jarang menyapa, atau kondisi psikologis yang lain..
Sejatinya tak ada yang berubah padanya.. ia berubah karena cara pandang kita yang berubah...
ia tetap saja asin.
Tetap biru.
Merindukan Hijaumu
Apa yang menarik dari sebuah pendakian??
Mengapa 9 dari 10 orang ingin mendaki lagi setelah pendakian pertamanya?? (perbandingannya ngarang aja ini mah.. hehe)
Apa yang menarik dari deretan pohon pohon yang sepanjang mata memandang hanya berwarna hijau dan coklat? Lalu udara yang begitu dingin bikin gigi gemeretak beradu satu sama lain.., bukankah lebih nyaman dirumah ketika badan tenggelam dalam busa yang empuk sambil dipeluk selimut tebal yang hangat?
Pendakian gunung juga sarat dengan bahaya, jika salah perhitungan atau lengah sedikit… hypothermia, tersesat atau terpeleset masuk jurang merupakan hal yang rentan dialami pendaki. Dan masih beruntung jika yang menjemput dan menolong kita pada saat itu adalah tim SAR. Karena gak sedikit juga yang dijemput sama malaikat maut.
Bagi sebagian orang, rindu mendaki gunung mungkin seperti rindu bertemu kekasih. Ada sesuatu yang menariknya untuk dia bersama sama lagi menikmati ‘kenyamanan’ yang gunung berikan. Bukankah seseorang menjalin sebuah hubungan karena adanya rasa nyaman?
Ketika ditanya mengapa kita mencintai seseorang, adakalanya kita bingung… jatuh cinta ya jatuh begitu saja, tanpa alasan, semacam ada unsur magis yang membuat detak dan debar jantung menjadi sebuah shimponi yang merdu melebihi gubahan mozart atau bethoven. Berlebihan? Ah rasanya tidak.. Itu mirip dengan mendaki gunung… kadang orang yang sudah mendaki gunung berkali kali tak pernah tau alasannya kenapa ia kembali mendaki lagi dan lagi… apakah hanya sekedar bermain main? petualang?, merasa tertantang? Atau ingin terlihat hebat? Rasanya hanya ada rasa ingin tanpa embel embel yang lain… dan saat mendaki ada unsur magis tadi yang menggelitik alam bawah sadar dan perasaan kita.. Ya semacam jatuh cinta..
Buat yang pernah mendaki.. pernah gak ngalamin ketika kita mendaki daerah yang berat dan butuh tenaga ekstra sementara kita udah jalan jauh, capek, nafas sudah memburu dan pendek pendek… lalu suasana begitu hening… yang terdengar dengan jelas hanyalah suara nafas, degup jantung dan kaki yang melangkah terseret… masing masing bergulat dengan pikirannya sendiri.. pada saat seperti ini tak ada yang namanya mikirin kerjaan, tugas kuliah, suasana rumah, atau masalah di luar sana, yang ada hanyalah fokus menyelesaikan apa yang harus diselesaikan, berjuang mencapai puncak.
Saat saat seperti itu tanpa disadari justru memunculkan sisi spiritual yang kita punya, ketika kita merasa tak berdaya. Saat itulah kita merasa begitu dekat dengan Dia. Dia yang menancapkan gunung gunung itu dengan kokoh di bumi, menghiasnya dengan pohon pohon menjulang dan mata mata air yang menyejukan... Pengalaman spiritual itulah yang kadang membuat kita menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya… kita yang pasrah, kita yang merasa begitu kecil dihadapannya… ketika hidup dan mati begitu dekat…
Perasaan spiritual ini sebenernya coba disimulasikan dalam berbagai training motivasi.. tapi efek dari mendaki gunung bukan sekedar simulasi apalagi imitasi… perasaan yang nyata nyata dirasakan bukan karena melihat kondisi yang dibuat buat… apa yang bisa didapat dari training traning motivasi yang nangispun karena ikut ikutan..? (eh ini kok jadi melebar ya.. )
Pengalaman mendaki dan setelahnya membuat kita menjadi lebih menghargai ciptaannya, lebih bersyukur tentang memaknai hidup.. ada jutaan tanya yang bergemuruh di kepala masing masing. Bagi yang mampu mengambil pelajaran dari pendakiannya…
Itulah menurut saya mengapa mendaki gunung itu bisa begitu dirindukan.. bukan sekedar menghilangkan kepenatan.. tapi mengisi relung relung spiritual kita yang udah bolong bolong kena polusi.. Polusi yang nama lainnya masalah kehidupan. Yang sering bikin kita lupa siapa sebenarnya kita…
Ah aku rindu mendaki..,
aku rindu karena sudah banyak bolong bolong di sini… (sambil ngusap dada..)
Dec 6, 2013
Crush!!
Menyimpan kepingan yang tersisa.. Mungkin yang sekeping ini akan jauh bernilai jika ada yang mampu menghargainya..
Nov 13, 2013
Sebuah percakapan
Girl :
"Jika suatu saat kau menikahi seseorang dan baru menyadari bahwa ada sisi tersembunyi padanya. Lalu bagaimana menurutmu?"
Boy :
"Hmm.. Mungkin aku orang yang beruntung"
Girl :
"Heeeh...?"
Boy :
"Karena, jika aku menikahi seseorang, itu berarti aku sudah mencintai sisi yang pernah dia tunjukkan padaku. Benar 'kan?"
Girl :
"……"
Boy :
"Jadi… jika aku menyadari ada sisi tersembunyi yang ia miliki setelahnya, maka cintaku akan bertambah dua kali lipat bukan?"
*percakapan dalam sebuah anime
Nov 5, 2013
Nov 2, 2013
My November...
Sweet november...
Selain februari, november adalah bulan yang 'identik' dengan [suasana] cinta...
Tak tahu mengapa.. Aku begitu suka dengan november.. Mungkin salah satunya karena hujan dan kamu...
Kamu yang dulu pernah berdiam begitu lama di sudut hatiku yang gelap itu.. Aku pernah bertanya kenapa kau begitu betah disana..? Bertahun tahun.. Bahkan ketika setiap hari kusapa.. Kau hanya diam.. Namun aku tak pernah lelah menyapa..
Hingga kemudian seberkas cahaya lembut mulai menerangi hatiku.. Mempertanyakan keberadaanmu... Karena bayanganmu kemudian menjadi samar...
Semakin hari seberkas cahaya lembut itu semakin membesar.. menerangi seluruh hatiku dengan begitu perlahan, hingga akhirnya [bayangan] kamu pun benar benar hilang...
Karena sejatinya tak ada kamu di hatiku, apa yang kuanggap ada di sudut hatiku hanya sebuah bayangan yang kucipta sendiri..
Dan november ini, seutuhnya tanpa kamu, tanpa bayangan mu.
Lalu bukan berarti aku jadi tak suka dengan november..
Aku tetap suka november...
Karena, November ku bukan lagi kamu..
My November is Oktober. Dan tak ada lagi kamu atau bayanganmu.
Hanya oktober. Titik.
And i hope the last...
"A guy and a girl can be just friends, but at one point or another, they will be fall for each other... Maybe temporarily, maybe at the wrong time, maybe too late or maybe forever..."
-500 days of summer-
And i hope the last...
"A guy and a girl can be just friends, but at one point or another, they will be fall for each other... Maybe temporarily, maybe at the wrong time, maybe too late or maybe forever..."
-500 days of summer-
Oct 28, 2013
Dengan segenap hatiku untuk kamu
Dengan berbutir-butir bulir embun,
yang kau awetkan dalam binar matamu.
Dengan berdegup-degup rindu,
yang kau himpun dalam hatiku.
Dengan sewarna warni tawa,
Yang kau lukis dalam hidupku.
Dengan semanis-manis senyum,
Yang kau tabur di wajahku.
Dengan hingar bingar sunyi,
Yang tak kunjung jadi puisi.
Dengan seluruh cinta dan sayangku
serta segala harapan tentang aku dan kamu
Dan…
Dengan berbaris-baris doa
yang tak henti kuminta padaNya
Aku ucapkan selamat ulang tahun
Untukmu.
*untuk perempuan Oktober yang tanggal 29 ini sedang berulang tahun ke 24.. Have a nice birthday, wish the best for you and for us always!! ^^
Semoga do'a do'a mu terkabul...
Oct 19, 2013
MISTERIUS
Milyaran bintang yang terlihat di langit . Namun, hanya ada satu bintang di ujung barat yang selalu membuat saya menatap langit lebih lama dari biasanya, saya hanya merasa asing dengan satu bintang itu. Entahlah.. keindahan sinarnya begitu ‘menghipnotis’.. seolah menyedot seluruh pandangan saya untuk selalu tertuju padanya…
Saya sepakat kalo ini misterius..
Mungkin sama misteriusnya dengan dia. Enam milyar manusia yang hidup di planet ini. Hati saya menjatuhkan dirinya telak hanya pada dia seorang dan saya tidak bisa menggantikannya dengan siapa pun. Satu dari enam milyar manusia dan saya hanya ingin dia..
dan ini memang [mi]s[t]erius..
Oct 16, 2013
Ditanya malah balik bertanya..
Suatu kali semasa saya kuliah dulu, saya sedang berdiri di koridor kampus membagikan sebuah selebaran (entahlah saya juga lupa sedang apa tapi pada saat itu kegiatan saya ada di antara lalu alang orang). Tiba tiba seorang teman yang sudah lama tak saya lihat datang menghampiri dan bertanya:
“sedang apa kau din?”
Bertemu teman yang lama tak terlihat maka tanpa menjawab pertanyaannya spontan sayapun langsung balik bertanya..
“hei gun*) apa kabar, kemana aja kau?”
Dan tak pernah saya duga wajahnya berubah ketus dan sambil membalikan badan ia berkata:
“orang nanya malah balik tanya?”
dia pun berlalu begitu saja.
Saya hanya diam dan masih tidak mengerti, tidak enak hati. Mungkin waktu itu ia sedang buru buru dan hanya penasaran ingin tahu apa yang saya lakukan. Ah entahlah…
Sejak saat itu, hingga saya lulus, saya pun tak pernah melihatnya lagi di kampus.
Saya sadar manusia memang tidak sama, dalam hal komunikasi (seperti yang dikatakan Jalaludin Rahmat) selalu ada noise. Dan terkadang kita mesti mau belajar untuk mengerti banyak hal. Kita harus siap dengan kejutan-kejutan yang semula tak pernah kita duga.
Maafkan saya kawan, semoga Allah mengampuni kesalahan saya.
*) gun bukan nama sebenarnya
Terkadang masalah komunikasi terjadi bukan pada pesan, penerima atau penyampainya, tetapi dari media yang digunakannya.. Handphone yang mati tiba tiba dapat disalah artikan banyak hal oleh si penerima pesan misalnya..
Mungkin bisa dikira sengaja dimatikan..
Oct 15, 2013
Secangkir teh dan sebuah ingatan
Jam empat sore kira kira, saya duduk di beranda menikmati secangkir teh hangat bersama seorang kawan yang juga sedang menikmati kesunyian; menerawang entah kemana, menuju tempat ribuan kilometer jauhnya.
Aroma teh yang khas dan seketika ingatan saya mengalir deras menuju satu muara: kamu. Gadis penyuka teh.
kerinduan pun datang bersama ratusan degup..
Ah!!
Saya tak hendak mencari kesedihan. Kembali saya nikmati beberapa tegukan teh di cangkir. Kali ini hingga tandas, namun kesedihan tak jua kandas.
*
suatu sore nanti, aku berharap dapat menikmati secangkir teh hangat bersamamu, di beranda rumah kita.
Aku akan bersabar hingga saat itu tiba.. ^^
Oct 13, 2013
Aku tahu
Aku tahu apa yang harus ku lakukan sambil menunggu pulang: belajar mendewasakan diri, mengumpulkan uang, merencanakan perjalanan masa depan kita dan menghimpunkan bilyunan degup yang makin mengencang..
Oct 8, 2013
Tawamu
Tawamu..
Aku ingin menyimpannya dalam toples kaca..
Agar saat rindu ini datang dengan hebat..
Akan kubuka dan kudengarkan tawa ceriamu..
Sekedar meringankan rasa rindu yang hebat..
Meskipun aku tak yakin juga rindu ini akan terasa lebih ringan..
Oct 7, 2013
Stay
jatuh cinta adalah pertaruhan demi pertaruhan. Ketika kita bertemu, aku mempertaruhkan hatiku untuk kutinggalkan bersamamu. Ketika kita berpisah, aku mempertaruhkan kemungkinan bahwa kita tak akan pernah bertemu lagi. Tetapi begitulah, dalam setiap pertaruhan, kita harus mengambil keputusan. Karena kita tidak punya banyak waktu. Dan sebesar apapun keinginan kita untuk menunggu, waktu tetap bergegas lewat. Sepertinya tidak bijaksana jika kita sekadar menunggu terlalu lama. Membiarkan momen-momen yang seharusnya mengada terbuang percuma.
Karena bukankah kita bisa menunggu sambil melakukan sesuatu: membaca buku, merangkai bunga, mengupas pamelo, berbelanja sayuran segar di pasar, minum kopi bersama sahabat, dan berpetualang…
sambil tetap jatuh cinta..
Oct 3, 2013
Untuk mu
Air matamu melepas kepergianku siang tadi, berat rasanya untuk ku meninggalkanmu. September 2013 hingga mei 2014 bukanlah waktu yang sebentar. Akan ada banyak hal baru yang esok atau lusa kau temui. Dan aku sadar, aku terlalu egois jika memintamu menunggu.
Just like season. People change.
Apa yang tidak berubah di dunia ini?. Cuaca, suasana, tinggi badan, panjang rambut, kerut-kerut di kening, suara, waktu, perasaan?
Tidak ada yang konstan tak berubah, bahkan batu dan tanah pun pasti berubah.
Mau tidak mau, Suka tidak suka. Sakit atau tidak sakit. perubahan adalah hal nyata yang harus kita jalani. Sekarang tinggal apa yang kita inginkan untuk berubah dan apa yang sekuat upaya kita pertahankan untuk tetap sama ada.
Aku selalu menganggap bahwa apa yang paling mudah berubah di dalam hidup ini adalah perasaan, adalah hati.
Aku tak ingin menjanjikanmu bahwa aku tak akan berubah. Namun, aku hanya dapat menjanjikanmu bahwa aku akan sekuat upaya mempertahankan perasaan ini. Karena aku percaya bahwa kita hanya butuh yakin saja. Yup yakin saja hingga akhirnya Tuhan pun yakin untuk memberi kita bahagia suatu hari nanti.
Dan yang pasti, aku ingin bahagia bersamamu.
24 September 2013
_Diatas pesawat lion air menuju jayapura_