Feb 7, 2012

Galau itu . . .


Ketika aku berbicara tentang rintik hujan, atau tentang bulan yang berwarna merah jambu, mengapa kau sebut aku sedang galau. Dan kini kata itu sudah menjadi hampir sebuah sebutan yang negatif yang menyerupai alay (anak layangan) atau kata lain yg tidak enak didengar di telinga.. Taukah kau, tak apa bila kau sebut itu galau dan menurutku galau itu tak mengapa, tak seburuk yang kau kira.

Menikmati hal-hal sederhana yang terkadang sering terlupakan. Pernahkah kau menyadari betapa indahnya embun yang berbinar tertimpa cahaya mentari kala pagi? Atau tentang semilir angin lembut yang menyusup diam-diam lewat celah jendela membuat riak-riak pada tirai? Indah bukan?. Apa ketika kau menikmati itu dan mengungkapkannya lewat  barisan huruf-huruf yang terangkai artinya sedang galau? Kurasa tidak. Dan sekali lagi bagiku, Galau itu tak mengapa.

mungkin kata-kataku tak seberapa galau dibanding kata-kata om GM ini..
"Kenapa selama ini orang praktis terlupa akan burung gereja, daun asam, harum tanah: benda-benda nyata yang, meskipun sepele, memberi getar pada hidup dengan tanpa cincong? Tidakkah itu juga sederet rahmat, sebuah bahan yang sah untuk percakapan, untuk pemikiran, untuk puisi-seperti kenyataan tentang cinta dan mati?" -(Goenawan Mohamad)"

No comments:

Post a Comment