Aug 25, 2012

Gak Berani!

Pernah mendengar cerita ini...
ada seorang pemuda belajar tentang hakikat kebijaksanaan pada seorang tua.. pak tua menyuruhnya mengambil segenggam garam yang dimasukkan ke dalam cawan berisi air dan menyuruh pemuda itu meminumnya.. rasa airnya menjadi sangat asin bahkan pahit.. kemudian pak tua pun mengajak si pemuda berjalan bersama ke sebuah telaga dan disuruhnya pemuda itu kembali memasukkan segenggam garam ke dalam telaga dan meminumnya.. ternyata air telaga itu tetap tawar.. pak tua pun memberikan penjelasan pada si pemuda bahwa begitulah perumpamaan hati manusia.. jika kau bisa membuat hatimu seluas telaga maka kau akan dengan mudah menawarkan rasa sakit hatimu, rasa kesalmu bahkan amarahmu..

berkali-kali aku mendengar cerita ini.. mengangguk takzim seolah mengerti.. tapi hanya sampai di situ.. hanya seolah mengerti karena sejatinya tidak.. ketika ada seseorang membuatku marah atau kesal aku tetap saja sulit memaafkannya, karena dalam hatiku masih terdapat perasaan 'dendam', 'benci' atau sifat kekanak-kanakan yang lain.

mengapa nasihat yg kita terima itu kadang tak berarti, namun ketika membaca balasan sms dari seorang teman aku mulai mengerti.

"lw belom paham ze, selama lw belum berani menghadapi konsekuensi dari apa yg lw ambil"

aku setuju dengannya 1000%.. terkadang ketika kita dinasehati, kita dengan mudah mengatakan iya, paham, menerimanya, tapi hanya sebatas itu.. nasihat itupun lama-lama terlupa.. butuh sebuah tindakan, sebuah pengalaman empiris untuk akhirnya membuat kita paham dan mengerti maksud dari nasihat-nasihat yg kita terima. kita perlu mengalaminya sendiri dan untuk itu harus ada tindakan yang kita ambil.

nb. dan untuk nasihat yang kuminta padamu teman.. maaf kali ini kau benar.. aku memang belum paham.. aku belum berani mengambil keputusan itu.. ketakutan akan sebuah kehilangan dan konsekuensi yang harus ku ambil..


Dan sungguh aku masih belum berani..!!

No comments:

Post a Comment