Tak ada
tanggal kadaluarsa untuk sebuah buku. Dari
semua barang bekas yang ada di rumah, aku menganggap buku, majalah dan
sejenisnya adalah benda yang paling berharga. Meskipun buku-buku itu kutaruh di
gudang, namun sesekali aku menyambanginya untuk sekedar membaca dan
mengingat-ingatnya kembali. Memang yang ada di sana hanya buku-buku pelajaran
sekolah dan majalah yang dulu sempat ku baca seperti bobo, aku anak saleh,
tabloid bola, juga beberapa buku serial goosebumps favoriteku dulu. Tapi entah
mengapa aku sangat berat jika harus menjualnya ke tukang loak. Aku sempat
berfikir untuk menyumbangkannya saja suatu hari nanti atau mungkin bisa kujadikan
koleksi klasik jika aku sudah punya toko buku nanti.
Namun kemarin
pagi bencana itu datang. Saat kusambangi gudang di langit-langit rumah. Aku
merasa ada yang lain, gudang itu bersih sekali. Sebuah firasat buruk langsung
terlintas di kepalaku. Kucari ke gudang terbuka di belakang rumah yang berisi
besi-besi dan peralatan tua, namun buku-buku bekas itu juga tak ada disana.
Lalu dimana?
Akhirnya
jawabannya kutemukan setelah aku bertanya pada ayahku. Dan ternyata ayahku
telah menjualnya ke tukang loak beberapa hari yang lalu, karena dia bilang
barang-barang bekas itu tak berguna. Huft.. Entahlah.. tiba-tiba ada yang
bergetar dihatiku, aku tak pernah merasakan perasaan kehilangan seperti ini
sebelumnya. Berlebihan mungkin, Tapi itulah yang kurasakan. Akupun pergi tanpa
berkata apapun.
Kesal. Marah.
Entahlah apa namanya. Aku sadar betul jika di keluargaku tak ada satupun
anggota keluarga yang menghargai pentingnya sebuah buku. Di rumahku, tak akan
kau temukan buku yang berjajar rapi di samping TV atau bahkan buku yang
memenuhi lemari seperti di beberapa rumah lainnya. Bukan karena tak ada tempat
atau tak punya lemari, karena memang bukunya pun tak ada.
Rasanya di
sini buku adalah barang tak berguna. Ketika aku membeli 1-2 buku novel. Mereka
bertanya “Untuk apa?”. Aku pernah membeli buku sangat tebal tentang tuntunan
shalat 4 mazhab. Lalu apa kata ibuku.. “untuk apa buku-buku kaya gini? Kita itu
Islam Ahlusunnah wal jamaah, klo mau
blajar agama belajar aja tuh ama ajengan” aku hanya diam kemudian pergi menyimpan
buku itu ke lemari belajarku. Terkadang aku mengunci kamarku demi menjaga
beberapa buku yang terkadang hilang atau bahkan dicurigai macam-macam. Aku
ingin tahu banyak hal dan aku tak mau jika harus dibatasi.
Maka tekadku
satu sekarang. Aku ingin balas dendam. Menjadikan rumahku nanti sebagai sebuah
taman bacaan. Yang bisa memuaskan keingintahuan orang-orang yang ada di
dalamnya. Agar orang-orangnya tidak menjadi bangkong yang terkurung dalam batok
kelapa.
sumber gambar dari sini
No comments:
Post a Comment