Jul 26, 2012

Gak mau jadi bangkong..!!


Tak ada tanggal kadaluarsa untuk sebuah buku. Dari  semua barang bekas yang ada di rumah, aku menganggap buku, majalah dan sejenisnya adalah benda yang paling berharga. Meskipun buku-buku itu kutaruh di gudang, namun sesekali aku menyambanginya untuk sekedar membaca dan mengingat-ingatnya kembali. Memang yang ada di sana hanya buku-buku pelajaran sekolah dan majalah yang dulu sempat ku baca seperti bobo, aku anak saleh, tabloid bola, juga beberapa buku serial goosebumps favoriteku dulu. Tapi entah mengapa aku sangat berat jika harus menjualnya ke tukang loak. Aku sempat berfikir untuk menyumbangkannya saja suatu hari nanti atau mungkin bisa kujadikan koleksi klasik jika aku sudah punya toko buku nanti.
Namun kemarin pagi bencana itu datang. Saat kusambangi gudang di langit-langit rumah. Aku merasa ada yang lain, gudang itu bersih sekali. Sebuah firasat buruk langsung terlintas di kepalaku. Kucari ke gudang terbuka di belakang rumah yang berisi besi-besi dan peralatan tua, namun buku-buku bekas itu juga tak ada disana. Lalu dimana?
Akhirnya jawabannya kutemukan setelah aku bertanya pada ayahku. Dan ternyata ayahku telah menjualnya ke tukang loak beberapa hari yang lalu, karena dia bilang barang-barang bekas itu tak berguna. Huft.. Entahlah.. tiba-tiba ada yang bergetar dihatiku, aku tak pernah merasakan perasaan kehilangan seperti ini sebelumnya. Berlebihan mungkin, Tapi itulah yang kurasakan. Akupun pergi tanpa berkata apapun.
Kesal. Marah. Entahlah apa namanya. Aku sadar betul jika di keluargaku tak ada satupun anggota keluarga yang menghargai pentingnya sebuah buku. Di rumahku, tak akan kau temukan buku yang berjajar rapi di samping TV atau bahkan buku yang memenuhi lemari seperti di beberapa rumah lainnya. Bukan karena tak ada tempat atau tak punya lemari, karena memang bukunya pun tak ada.
Rasanya di sini buku adalah barang tak berguna. Ketika aku membeli 1-2 buku novel. Mereka bertanya “Untuk apa?”. Aku pernah membeli buku sangat tebal tentang tuntunan shalat 4 mazhab. Lalu apa kata ibuku.. “untuk apa buku-buku kaya gini? Kita itu Islam Ahlusunnah wal jamaah, klo mau blajar agama belajar aja tuh ama ajengan” aku hanya diam kemudian pergi menyimpan buku itu ke lemari belajarku. Terkadang aku mengunci kamarku demi menjaga beberapa buku yang terkadang hilang atau bahkan dicurigai macam-macam. Aku ingin tahu banyak hal dan aku tak mau jika harus dibatasi.
Maka tekadku satu sekarang. Aku ingin balas dendam. Menjadikan rumahku nanti sebagai sebuah taman bacaan. Yang bisa memuaskan keingintahuan orang-orang yang ada di dalamnya. Agar orang-orangnya tidak menjadi bangkong yang terkurung dalam batok kelapa.

sumber gambar dari sini

No comments:

Post a Comment